Semua orang tua dan guru tentu berharap memiliki anak dan siswa yang cerdas. Nilai-nilai akademis yang membanggakan tentu saja merupakan dambaan semua orang. Untuk mencapai hal tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang pentingadalah kondisi kesehatan dari peserta didik itu sendiri.
Bapak Ibu guru dapat melakukan pengamatan kecil-kecilan di kelas terhadap siswa. Berapa banyak siswa yangsering sakit, tidak konsentrasi dalam belajar, pucat dan sering mengantuk dikelas? Kondisi-kondisi tersebut tentu akan membuat nilai pelajaran anak akan menurun.
Keluhan-keluhan yang disebutkan diatas disebabkan oleh kondisi kurangnya hemoglobin anak atau yang lazim disebut anemia. Ketika kadar hemoglobin dalam darah rendah maka oksigen sebagai bahan bakar tubuh yang diikat olehnya cenderung akan rendah junlahnya. Makanan yang dimakan tidak dapat dibakar dan diubah menjadi energi untuk melakukan kegiatan. Oleh karena itu anak cenderung terlihat lemas, mudah lelah, pucat, sering sakit sehingga sering tidak masuk sekolah serta tidak berkonsentrasi dalam belajar.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan 29% siswa sekolah dasar menderita anemia. Artinya jika di Indonesia total anak usia sekolah misalnya 20 juta jiwa, maka sekitar 5.800.000 menderita anemia. Angka ini tentu saja cukup besar. Apalagi jika mengingat dampak bagi masa depan anak tersebut. Anak usia sekolah sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga jika anemia ini tidak ditangani dengan segera dapat mempengaruhi kualitas kehidupannya pada masa dewasa.
Pola hidup sehat merupakan hal yang penting untuk ditanamkan sejak dini untuk menangani masalahini. Pendekatan terhadap keluarga dan optimalisasi fungsi UKS di sekolah sangat penting dalam mengatasi masalah anemia pada siswa.
Anemia pada anak sekolah mayoritas disebabkan oleh rendahnya asupan makanan yang mengandung zat besi. Hal ini disebabkan oleh perilaku makan yang belum sesuai dengan kebutuhan gizi pada usianya. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Sutiarti dan Wulandari di Kota Denpasar menunjukkan bahwa mayoritas anak tidak suka sarapan pagi, tidak suka mengkonsumsi buah dan sayuran. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa rendahnya kadar vitamin D didalam darah sangat mempengaruhi terjadinya anemia pada anak.
Kondisi tersebut tentu memerlukan perhatian serius dari orang tua maupun pihak sekolah. Berikut merupakan beberapa kiat agar anemia pada siswa dapat teratasi:
1. Konsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi.
Berikan anak-anak makanan dan cemilanyang memiliki kandungan zat besi tinggi. Sumber zat besi dibagi dua yaitu hemeyang berasal dari hewan dan non heme yang berasal dari tumbuhan. Sumber zat besi yang berasal dari hewani antara lain: hati, daging kambing, daging sapi, telur, ikan makarel, sarden, bebek, kepiting, tiram dan gurita. Sumber zat besi yang berasal dari tumbuhan antara lain: asparagus, bayam, bit, kedelai, kacang merah, kacang koro, kacang kapri. Selain itu, buah kurma juga mengandung kadar zat besi cukup tinggi yaitu 1,6 mg zat besi di dalam 100 gram kurma.
Nah bapak ibu, agar anak-anak kita menjadi cerdas, penuhi kecukupan zat besinya dengan cara memberikan makanan berbahan dasar di atas setiap hari.
2. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Selain konsumsi makanan tinggi zat besi, konsumsi makanan lain yang dapat membantu penyerapan zat besi memungkinkan kadar zat besi di dalam tubuh terserap optimal. Beberapa makanan dapat membantu proses penyerapan zat besi di dalam tubuh. Berikan anak-anak kita makanan MFP (Meat Fish Product) dan makanan yang banyak mengandung vitamin C misalnya kelompok buah-buahan (jeruk, strawberry, jambu biji, blackcurrant, buah leci, pepaya, jeruk bali, nanas, markisa, kiwi, sukun, mangga, belimbing, lemon, melon, alpukat, jeruk nipis, anggur hijau, tomat, pir dan pisang) dan kelompok sayuran (kubis, paprika, kale, brokoli, bhok coy, kembang kol).
Buah dan sayur di atas sangat baik dikonsumsi untuk menjaga anak kita tetap fit dan konsentrasi belajar. Jadi, berikan bekal dan cemilan pada anak-anak yang berasal dari bahan makanan diatas ya.
3. Kurangi konsumsi makanan/minuman yang mengandung tanin, polofenol dan kalsium.
Beberapa zat dapat mencegah penyerapan zat besi di dalam tubuh. Zat tersebut adalah golongan tanin yang biasanya terkandung di dalam teh dan coklat, polifenol yang terdapat dalam teh dan kopi, kalsium yang terdapat di dalam susu serta oksalat yang biasanya terdapat dalam batang bayam. Selain itu, albumin yang terdapat dalam putih telur dapat mengurangi penyerapan zat besi.
Jadi bapak ibu, jangan berikan minum teh dan susu setelah anak-anak makan agar zat besinya dapat diserap tubuh. Berikan minuman tersebut kurang lebih dua jam setelah makan.
Untuk ibu-ibu, sebaiknya pada saat memasak bayam, diambil daunnya tetapi batangnya tidak ikut serta dimasak. Karena batang bayam dapat mengurangi kadar zat besi yang terdapat di dalam daun bayam.
Lalu bagaimana dengan putih telur? Zat besi terdapat pada kuning telur ayam. Jadi sebaiknya agar tidak merusak penyerapan zat besi, sebaiknya konsumsi putih telur dan kuning telur tidak dilakukan secara bersama-sama.
4. Biasakan sarapan setiap pagi.
Sarapan pagi juga sangat penting untukmenjaga energi ke otak anak tetap stabil.
Berikan anak sarapan pagi yang memiliki komponen makanan pokok, sayur, lauk dan bekali anak dengan buah. Sarapan dapat membuat anak lebih berkonsentrasi belajar sehingga anak dapat memiliki nilai bagus.
5. Jaga kebersihan diri.
Menjaga kebersihan diri juga merupakan hal yang sangat penting. Infeksi cacing yang umum menjangkiti anak-anak usia sekolah mengakibatkan anak-anak mengalami anemia. Oleh karena itu, selalu jaga kuku tetap pendek, gunakan sandal/sepatu jika bermain diluar dan cuci tangan dengan sabun sebelum makan. Jangan lupa, jika memakan makanan yang masih mentah seperti lalapan, maka lalapan harus dicuci bersih terlebih dahulu.
No comments:
Post a Comment